Warga Demak kembangkan buah mangrove menjadi sirup

Warga Demak kembangkan buah mangrove menjadi sirup
Ilustrasi - hutan bakau (mangrove). (ANTARA)
Kami juga siap menerima pesanan karena saat ini stok buah mangrove juga cukup banyak dan dijamin produk sirup maupun minumannya tanpa ditambahi pemanis buatan
Demak (ANTARA News) - Warga Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, berhasil memproduksi sirup serta minuman dari buah tanaman bakau (mangrove) yang selama ini tumbuh di tepi pantai.

Musyafa Ahmad, salah seorang warga Desa Wedung, Kecamatan Wedung, Demak, Senin, yang memiliki ide membuat sirup dari buah mangrove mengakui, sudah enam bulan memproduksi sirup maupun minuman buah mangrove.

Awalnya, kata dia, buah mangrove jenis pidada (sonneratia caseolaris) yang tumbuh di tepi pantai Demak tidak banyak yang tertarik memanfaatkannya sehingga banyak terbuang percuma.
Karena sejak kecil mengetahui bahwa buah tersebut bisa dikonsumsi karena mengandung vitamin C, akhirnya timbul niat untuk memanfaatkannya menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis.
"Saya mencoba membuat sirup dari buah mangrove tersebut, namun berulang kali gagal membuahkan hasil," ujarnya.
Setelah mencoba kembali, kata dia, akhirnya berhasil membuat sirup dengan rasa yang tidak terlalu asam.

Setelah membuat sirup, dia mencoba membuat minuman mangrove yang siap diminum dengan kemasan botol isi 300 mililiter yang dijual Rp5.000 per botol, sedangkan sirup yang dikemas dalam botol berukuran 650 militer dijual Rp15.000.
Pemasarannya, kata dia, masih sederhana karena mengandalkan toko yang ada di dekat terminal Demak serta pemasaran dari mulut ke mulut.

Ia mengakui, bisa memproduksi dalam jumlah banyak karena setiap satu pekerja bisa membuat 200-an botol.

"Kami juga siap menerima pesanan karena saat ini stok buah mangrove juga cukup banyak dan dijamin produk sirup maupun minumannya tanpa ditambahi pemanis buatan," ujarnya.
Dengan adanya produk sirup dan minuman mangrove, kata dia, warga sekitar juga ikut merasakan dampaknya karena mereka bisa berlomba-lomba mencari buah mangrove tersebut untuk dijual kepadanya.

Setiap kilogramnya, kata dia, dihargai Rp5.000, sementara per hari masing-masing warga bisa mengumpulkan buah mangrove jenis pidada hingga 3 kilogram lebih.

Untuk menjaga kontinuitas produksinya, kata dia, buah mangrove tersebut disimpan di lemari pendingin, sehingga ketika tidak musimnya masih tetap bisa berproduksi.
Adanya pemanfaatan buah mangrove menjadi produk bernilai, dia berharap, kesadaran masyarakat untuk melestarikan tanaman mangrove juga semakin meningkat.
Apalagi, lanjut dia, tanaman mangrove sangat bermanfaat untuk menghindari terjadinya abrasi serta menjadi tempat hidup dan sumber makanan bagi beberapa jenis satwa. 
Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2015
Powered by Blogger.

Blog Archive