Eddi Santosa - detikNews
Breda - Diolah antara lain oleh chef yang pernah menyajikan masakan untuk Dalai Lama dan Robert de Niro, tempe naik saji jadi Le Tempe de Mer dan Raviolo Tempe Mangiami. Verrukkelijk!
Sebanyak 3 chef Indonesia dari tiga negara Jimmy Lo Hamzah (Belanda), Yudi Yahya (Belgia) dan Ari Mundandar (Ceko) ditantang untuk menyajikan masakan tempe dalam Temp(e)tation bertema ”When Tempe Can Make Its Own Words” di restoran Bali James, Breda (4 Mei 2015).
Dihadiri oleh para jurnalis majalah kuliner, bloggers, pengusaha restoran, dan artis Belanda, mereka menampilkan kreasi berbahan tempe menjadi karya lezat haute cuisine yang penuh kejutan.
Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Den Haag Ibnu Wahyutomo dalam pengantarnya mengatakan bahwa asal-usul tempe di Yogyakarta sudah tertulis di Serat Sri Tanjung pada abad 12. Masyarakat Jawa mengenal beragam varian tempe antara lain Tempe Koro, Tempe Benguk, dan Tempe Gembus.
"Sejarah asal-usul tempe dari Yogyakarta sama tuanya dengan sejarah Yogyakarta itu sendiri. Makanan tradisional khas Indonesia ini dapat menjadi salah satu aset diplomasi kuliner Indonesia," demikian KUAI.
Pada Temp(e)tation di kota Breda ini, chef Jimmy Lo Hamzah menyajikan Botok Tempe yang biasanya dimasak secara tradisional kali ini menjadi makanan pembuka yang menggugah selera.
Dikombinasi dengan ayam, daun kemangi, potongan kelapa dan dibungkus dengan daun pisang, Botok Tempe karya Jimmy Lo meskipun tampil dalam sajian haute cuisine namun tetap terasa otentik dan khas botok.
Selain Botok, Jimmy Lo juga meyajikan Perkedel Tempe yang disandingkan dengan nasi dan sayur lodeh. Para tamu mengapresiasi Perkedel Tempe ini sangat cocok sebagai pasangan sayur lodeh nan sedap.
Sementara chef Yudi Yahya menyajikan tempe sebagai Le Tempe de Mer. Dipadu dengan scallop, asparagus dan mojo terasa sekali bahwa tempe ini menjadi semacam ‘steak’ yang rasanya luar biasa.
Setelah Le Tempe de Mer, sajian Yudi berikutnya adalah Sailing Tempe on Prawn, yakni tempe dalam bentuk puree dipadu dengan udang. Disajikan bersama kentang, tempe yang sudah dilembutkan menjadi begitu lezat ketika disantap dengan udang bakar.
Sesi terakhir Temp(e)tation menghadirkan chef Ari Munandar, yang pernah menyajikan makanan untuk Dalai Lama dan Robert de Niro. Ari mengandalkan karya olahan tempe a-la masakan Italia, yakni Raviolo Tempe Mangiami dan Sparkling Seaworld.
Raviolo Tempe Mangiami kreasi chef Ari menampilkan potongan tempe yang menjadi isi dari Raviolo. Sedangkan untuk Sparkling Seaworld, berupa sajian ikan dan puree tempe dengan sauce clam yang rasanya...Mamma mia!
Para tamu memberikan tanggapan dan komentar yang rata-rata tidak menyangka bahwa tempe dapat diolah menjadi beragam masakan lain.
"Rasanya menjadi lebih unik, lebih lezat dan lebih menarik. Terasa seperti sesuatu yang menggabungkan antara Timur dan Barat," komentar Ricky Risolles, artis Belanda keturunan Indonesia yang sangat menyukai makanan leluhurnya, sehingga nama bekennya pun memilih Risolles.
Pemrakarsa acara Temp(e)tation ini, Detty Janssen, seorang food blogger, menyampaikan bahwa niatnya adalah untuk turut melakukan promosi Tempe yang sudah cukup dikenal di Belanda.
"Tempe yang selama ini biasa dimasak secara tradisional dapat ditingkatkan menjadi makanan kelas tinggi, tidak hanya sebagai pengganti daging tapi juga muncul sebagai menu utama," ujar Detty, seorang WNI yang telah lama menetap di Belanda.
Minister Counsellor Pensosbud Azis Nurwahyudi dalam keterangan persnya menyebutkan bahwa acara Temp(e)tation ini merupakan salah satu bentuk diplomasi kuliner hasil kerjasama antara KBRI Den Haag dengan masyarakat Indonesia di Belanda.
Saat ini di seluruh Belanda terdapat sekitar 1.600 rumah makan Indonesia. Promosi tempe menjadi salah satu makanan kelas tinggi adalah upaya menjadikan tempe sebagai salah satu ikon makanan Indonesia.
"Makanan khas Indonesia tempe sangat bergizi, ideal sebagai pengganti daging untuk fine dining di hotel dan restoran modern," pungkas Azis.
(es/es)
Sebanyak 3 chef Indonesia dari tiga negara Jimmy Lo Hamzah (Belanda), Yudi Yahya (Belgia) dan Ari Mundandar (Ceko) ditantang untuk menyajikan masakan tempe dalam Temp(e)tation bertema ”When Tempe Can Make Its Own Words” di restoran Bali James, Breda (4 Mei 2015).
Dihadiri oleh para jurnalis majalah kuliner, bloggers, pengusaha restoran, dan artis Belanda, mereka menampilkan kreasi berbahan tempe menjadi karya lezat haute cuisine yang penuh kejutan.
Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Den Haag Ibnu Wahyutomo dalam pengantarnya mengatakan bahwa asal-usul tempe di Yogyakarta sudah tertulis di Serat Sri Tanjung pada abad 12. Masyarakat Jawa mengenal beragam varian tempe antara lain Tempe Koro, Tempe Benguk, dan Tempe Gembus.
"Sejarah asal-usul tempe dari Yogyakarta sama tuanya dengan sejarah Yogyakarta itu sendiri. Makanan tradisional khas Indonesia ini dapat menjadi salah satu aset diplomasi kuliner Indonesia," demikian KUAI.
Pada Temp(e)tation di kota Breda ini, chef Jimmy Lo Hamzah menyajikan Botok Tempe yang biasanya dimasak secara tradisional kali ini menjadi makanan pembuka yang menggugah selera.
Dikombinasi dengan ayam, daun kemangi, potongan kelapa dan dibungkus dengan daun pisang, Botok Tempe karya Jimmy Lo meskipun tampil dalam sajian haute cuisine namun tetap terasa otentik dan khas botok.
Selain Botok, Jimmy Lo juga meyajikan Perkedel Tempe yang disandingkan dengan nasi dan sayur lodeh. Para tamu mengapresiasi Perkedel Tempe ini sangat cocok sebagai pasangan sayur lodeh nan sedap.
Sementara chef Yudi Yahya menyajikan tempe sebagai Le Tempe de Mer. Dipadu dengan scallop, asparagus dan mojo terasa sekali bahwa tempe ini menjadi semacam ‘steak’ yang rasanya luar biasa.
Setelah Le Tempe de Mer, sajian Yudi berikutnya adalah Sailing Tempe on Prawn, yakni tempe dalam bentuk puree dipadu dengan udang. Disajikan bersama kentang, tempe yang sudah dilembutkan menjadi begitu lezat ketika disantap dengan udang bakar.
Sesi terakhir Temp(e)tation menghadirkan chef Ari Munandar, yang pernah menyajikan makanan untuk Dalai Lama dan Robert de Niro. Ari mengandalkan karya olahan tempe a-la masakan Italia, yakni Raviolo Tempe Mangiami dan Sparkling Seaworld.
Raviolo Tempe Mangiami kreasi chef Ari menampilkan potongan tempe yang menjadi isi dari Raviolo. Sedangkan untuk Sparkling Seaworld, berupa sajian ikan dan puree tempe dengan sauce clam yang rasanya...Mamma mia!
Para tamu memberikan tanggapan dan komentar yang rata-rata tidak menyangka bahwa tempe dapat diolah menjadi beragam masakan lain.
"Rasanya menjadi lebih unik, lebih lezat dan lebih menarik. Terasa seperti sesuatu yang menggabungkan antara Timur dan Barat," komentar Ricky Risolles, artis Belanda keturunan Indonesia yang sangat menyukai makanan leluhurnya, sehingga nama bekennya pun memilih Risolles.
Pemrakarsa acara Temp(e)tation ini, Detty Janssen, seorang food blogger, menyampaikan bahwa niatnya adalah untuk turut melakukan promosi Tempe yang sudah cukup dikenal di Belanda.
"Tempe yang selama ini biasa dimasak secara tradisional dapat ditingkatkan menjadi makanan kelas tinggi, tidak hanya sebagai pengganti daging tapi juga muncul sebagai menu utama," ujar Detty, seorang WNI yang telah lama menetap di Belanda.
Minister Counsellor Pensosbud Azis Nurwahyudi dalam keterangan persnya menyebutkan bahwa acara Temp(e)tation ini merupakan salah satu bentuk diplomasi kuliner hasil kerjasama antara KBRI Den Haag dengan masyarakat Indonesia di Belanda.
Saat ini di seluruh Belanda terdapat sekitar 1.600 rumah makan Indonesia. Promosi tempe menjadi salah satu makanan kelas tinggi adalah upaya menjadikan tempe sebagai salah satu ikon makanan Indonesia.
"Makanan khas Indonesia tempe sangat bergizi, ideal sebagai pengganti daging untuk fine dining di hotel dan restoran modern," pungkas Azis.
(es/es)